Langsung ke konten utama

PROSES PEMBENTUKAN WADUK DAN PERANANNYA






              Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang dimaksudkan untuk menyimpan/ menampung air saat terjadi kelebihan air/musim penghujan, kemudian air yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan pertanian dan berbagai keperluan lainnya pada saat musim kemarau. Waduk juga suatu daerah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau dibangun atas rekayasa manusia, dibangun dengan cara membendung aliran sungai bertahan sementara dan menggenangi bagian daerah aliran sungai atau watershead yang rendah. 

Proses Pembentukan Waduk
Waduk terbentuk karena ada campur tangan manusia dalm proses pembuatannya, Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk juga bisa dibuat dengan pembendungan pada sungai. Pembangunan waduk buatan sendiri umumnya dilakukan di lahan yang bebas dari jangkauan warga ataupun jauh dari kawasan keramaian. Namun, setelah selesai, fungsi waduk ini dapat digunakan untuk menarik wisatawan ataupun menjadi objek wisata. Waduk ini biasanya dibangun mengunakan semin dibagian sisi waduk.

Peranan Waduk Bagi Manusia

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Soekotjo Tri Sulistyo bahwa latar belakang rencana pembangunan Bendungan Matenggeng, dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya air di daerah aliran sungai (DAS) Citanduy dan sungai Cijolang yang akan mencapai 2.222,70 hektar ( Handoko et,al. : 2014). Berdasarkan pernyataan diatas bisa dikatakan bahwa waduk bermanfaaat sebagai sumberdaya air atau Penyedia air langsung bagi manusia.

Manfaat lain dari pembangunan waduk adalah untuk pembangkit listrik tenaga air, membangkitkan hidroelektrisitas termasuk turbin air yang terhubung dengan penahan badan air dengan pipa berdiameter besar. Turbin ini membangkitkan perangkat yang mungkin berada pada dasar bendungan atau lainnya yang jauh jaraknya. Beberapa waduk menghasilkan hidroelektrisitas menggunakan pompa yang diisi ulang seperti waduk tingkat tinggi yang diisi dengan air menggunakan pompa elektrik berkinerja tinggi pada waktu kerika permintaann listrik rendah dan kemudian menggunakan air yang tersimpan untuk membangkitkan elektrisitas dengan melepas air yang tersimpan kedalam waduk tingkat rendah ketika permintaan listrik tinggi. Sistem seperti ini disebut skema pump-storage. 

Segi ekonomi waduk juga bisa digunakan untuk meraup keuntungan, karena Pembuatan waduk juga bisa menjadi pusat pariwisata bagi para pengunjung, karena biasanya waduk menyimpan keindahan yang luar biasaa. Namun waduk ini juga telah digunakan untuk perikanan tangkap dan karamba skala kecil, bahkan Pemerintah Kabupaten Boyolali telah menyiapkan program pengembangan wisata air (Pitoyo dan Wiryanto : 2002)

Waduk bisa digunakan dengan berbagai cara untuk mengontrol aliran air melalui saluran ke hilir.
  • Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari waduk yang lebih tinggi sehingga bisa disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah, kadang bahkan ratusan mil lebih rendah dari waduk tersebut.
  • Irigasi - Air di waduk untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan sejumlah kanal untuk fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder. Irigasi juga bisa didukung oleh waduk yang mempertahankan aliran air yang memungkinkan air diambil untuk irigasi di bagian yang lebih rendah dari sungai.
  • Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan waduk, waduk sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat terjadi curah hujan tinggi, dan perlahan melepaskannya selama beberapa minggu atau bulan. Beberapa dari waduk seperti ini dibangun melintang tehadap aliran sungai dengan aliran air dikontrol melalui orrifice plate. Saat aliran sungai melewati kapasitas orrific plate di belakang waduk, air akan berkumpul di dalam waduk. Namun saat aliran air berkurang, air di dalam waduk akan dilepaskan secara perlahan sampai waduk tersebut kembali kosong. Dalam beberapa kasus waduk hanya berfungsi beberapa kali dalam satu dekade dan lahan di dalam waduk akan difungsikan sebagai tempat rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru dari bendungan penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi perubahan iklim, yang disebut Flood Detention Reservoir (waduk penahan banjir). Karena waduk seperti ini bisa menjadi kering dalam waktu yang sangat lama, maka bagian intinya yang terbuat dari tanay liat terpengaruh dan mengurangi kekuatan strukturnya. Karena itu kini mulai dikembangkan penggunaan material daur ulang untuk menggantikan tanah liat.
  • Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air alami dialirkan ke kanal, waduk dibangun untuk menjamin ketersediaan air ke sungai. Contohnya saat kanal dibangun memanjat melintasi barisan perbukitan untuk sarana transportasi lock.

2.3  Pembagian Jenis-Jenis Dari Waduk
2.3.1   Pembagian waduk Berdasarkan fungsi
Waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
1.              Waduk eka guna (single purpose) adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi satu kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA. Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multi guna dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka guna pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan satu kebutuhan.
2.              Waduk multi guna (multi purpose) adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu waduk.

2.3.2    Pembagian Waduk Berdasarkan Kesuburannya
Untuk menduga status trofik berdasarkan kelimpahan zooplankton berpedoman pada (Goldman and Horne, 1994), yaitu:
1.              Oligotrofik yaitu perairan tersebut mempunyai tingkat kesuburan rendah dengan kelimpahan zooplankton kurang dari 1 ind/lt,
2.              Mesotrofik yaitu perairan yang mempunyai tingkat kesuburan sedang dengan kelimpahan zooplankton antara 1-500 ind/lt,
3.              Eutrofik yaitu perairan yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi dengan kelimpahan zooplankton lebih dari 500 ind/lt. (Suryanto dan Herwati : 2009)



2.3.1      Pembagian Waduk Berdasarkan Tempat
1.      Waduk lembah
Bendungan juga dibangun di lembah dengan memanfaatkan topografinya dan mendapatkan air untuk waduk. Bagian pinggir lembah dimanfaatkan sebagai tembok dan bendungannya terletak di bagian yang paling sempit, yang biasanya memberikan kekuatan lebih besar dengan biaya yang lebih rendah. Di banyak tempat, pembangunan waduk lembah melibatkan pemindahan penduduk dan artifak bersejarah, seperti misalnya pemindahan kuil Abu Simbel saat pembangunan Bendungan Aswan.
Pembangunan waduk lembah juga melibatkan pemecahan sungai saat prosesnya, biasanya dengan membangun terowongan atau saluran khusus. Di wilayah berbukit, bendungan biasanya dibangun dengan memperluas danau yang sudah ada. Bila topografi lokasinya kurang cocok untuk waduk besar, beberapa waduk kecil biasanya dibangun dan dibikin rantai seperti lembah Sungai Taff ketika tiga waduk, Waduk Llwyn-on, Waduk Cantref, dan Waduk Beacons
2.      Waduk sisi sungai
Waduk sisi sungai dibangun dengan memompa air dari sungai. Waduk seperti ini biasanya dibangun melalui eskavasi dan konstruksi pada bagian tanggul yang biasanya mencakup lebih dari 6 km. Air yang disimpan di waduk seperti ini biasanya diendapkan selama beberapa bulan agar kontaminanan dan tingkat kekeruhannya berkurang secara alami.
3.      Waduk pelayanan
Waduk pelayanan adalah waduk yang dibangun dekat dengan titik distribusi, dengan air yang sudah disterilkan dan dibersihkan. Waduk pelayanan biasanya dibangun berbentuk menara air yang dibangun di atas pilar beton di wilayah datar. Beberapa lainnya dibangun di bawah tanah, terutama untuk waduk pelayanan di negara-negara yang dipenuhi bukit atau pegunungan.

2.4  Kondisi Waduk Akibat Blooming Algae dan Sedimentasi
Suatu perairan dikatakan blooming fitoplankton jika kelimpahan fitoplanktonnya mencapai 5x106 sel/L (Goldman dan Horne, 1983). Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang dikenal dengan blooming algae. Hal ini kenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya menjadi semakin meningkat serta banyak eceng gondok yang bertebaran.
Adanya eceng gondok yang menutupi badan perairan waduk mengakibatkan menurunnya penetrasi cahaya untuk fotosintesis fitoplankton, apabila hal ini terjadi maka organisme di badan perairan kekurangan oksigen dan mengakibatkan kematian organisme. Bakteri pembusuk akan menguraikan organisme yang mati, baik tanaman maupun hewan yang ada di dasar perairan. Proses pembusukan ini atau dekomposisi akan banyak menggunakan oksigen terlarut dalam air, sehingga terjadi hypoksia atau kadar oksigen akan menurun secara drastis.
Kegiatan pembukaan lahan untuk permukiman merupakan sumber sedimen dan pencemaran perairan waduk. Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar perairan. Sedimen terdiri dari bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk kemudian tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik yang umumnya berasal dari pelapukan batuan.
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses ini dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Asdak (2002) menyatakan bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi. Kandungan sedimen pada hampir semua perairan dapat meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan.
Adanya akar-akar dari tumbuhan air yang tumbuh di kawasan waduk dapat sebagai perangkap sedimen atau bahan pencemar yang selanjutnya akan jatuh ke dasar perairan. Hal ini yang menyebabkan sedimentasi dapat terjadi di perairan. Adapun materi material yang terbawa akan membentuk suspensi dan ada juga yang mengendap di waduk. Sedimen di waduk banyak mempengaruhi keadaan waduk, yang bisa mempengaruhi kualitas air, suspensi dari material yang dibawa oleh runoff atau akibat turunnya hujan dan sedimen yang sudah ada mengakibatkan kekeruhan yang bisa mengakibatkan dampak buruk bagi biota-biota yang memperlukan kecerahan dalam menjalankan kehidupannya, dan jika sedimen terlalu menumpuk pada waduk akan mengakibatkan kebanjiran yang parah pada daerah yang lain, hal ini disebabkan lambatnya aliran air yang mengakibatkan waduk meluap pada daerah yang ada di sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA

- Asdak,Chay. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

- Handoko , Waluyo, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar. 2014. Komunikasi Partisipatif Dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Komunikasi.17(2): 141-152

- Kutarga, Zumara W. Zulkifli N, Robinson T dan Sirojuzilam.2008. Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Tata Ruang. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah.3 (3) : 150 -156

- Marhendi. 2013. Strategi Pengelolaan Sedimentasi Waduk. Techno.14 (2) : 29 – 41

- Pitoyo dan Wiryanto.2002. Produktifitas Primer Perairan Waduk Cengklik Boyolali. Biodiversitas.3(1):189-195

- Suryanto Dan Herwati . 2009 . Pendugaan Status Trofik Dengan Pendekatan Kelimpahan Fitoplankton Dan Zooplankton Di Waduk Sengguruh, Karangkates, Lahor, Wlingi Raya Dan Wonorejo Jawa Timur . Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1( 1) : 7-13

- https://id.wikipedia.org/wiki/Waduk diakses pada 3 mei 2016 pada 12.30 WIB
- http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-waduk.html diakses pada 3 mei 2016 pada 12.35 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pancing Senggol

Pancing Senggol adalah sejenis pancing rawai tetapi dalam pengoperasiannya tidak menggunakan umpan. Ikan yang terjebak oleh kail karena ikan tidak sengaja menyenggol kail saat lewat dan akhirnya tersangkut di kail. Pancing Senggol memiliki Panjang branch line yang pendek Cara Pengoperasian Pengoperasian dari alat tangkap pancing Senggol terdiri dari 3 tahap yaitu, setting, immersing dan hauling.  a. Setting adalah proses pemasangan alat tangkap pada fishing ground, dimulai dari penurunan pelampung tanda dan pemberat pertama, setelah itu kail satu persatu turun ke air. Proses setting dilakukan pada sore hari jam 5, dengan jarak fishing ground dari fihing base ± 2 mil, dan jarak 200 meter dari tebing. Pemsangan dari alat tangkap pancing Senggol yaitu dengan tegak lurus dengan pantai dan agak miring 45o , agar pada saat immersing alat tangkap tersebut terbawa arus dan akhirnya menjadi sejajar dengan pantai.  b. Immersing adalah proses menunggu alat tangkap, nelayan sadeng

Temperatur udara dan air

Perbedaan penggunaan termometer untuk udara dan air adalah peletakaannya. Termometer udara diletakkan di atas permukaan terhindar dari sinar matahari sedangkan termometer air diletakkan di bawah permukaan air dan dilakukan penyesuaian. Penyinaran matahari secara langsung terhadap udara tidak banyak memberikan pemanasan karena udara tidak mampu menyerap energi matahari yang berwujud gelombang pendek. Pemanasan udara secara tidak langsung terjadi setelah bumi menyerap energi matahari dan kemudian dipancarkan kembali ke udara dalam bentuk gelombang panjang. Menurut Hakim et al (2012), suhu udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Lazimnya pengukuran suhu dinyatakan dalam skala Celcius, Reamur, dan Fahrenheit. Suhu di muka bumi tidaklah sama di berbagai tempat.Perlu diketahui bahwa suhu udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda. Untuk mengetahui suhu rata-rata suatu tempat   digunakan rumus: x  = To – 0,6 x   h 100 Keterangan: Tx = suh

Ruaya Ikan

Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Ikan peruaya pada waktu tertentu meninggalkan habitatnya untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga ada beberapa spesies ikan mempunyai daerah ruaya yang berbeda baik secara musiman maupun pada tahapan perkembangan hidup. Pada dasarnya tujuan aktivitas ruaya oleh ikan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan pergerakan ruaya yaitu ruaya untuk pemijahan, ruaya untuk pembesaran dan mencari makanan, ruaya untuk pengungsian Faktor yang mempengaruhi proses ruaya ikan 1.       Faktor dalam Faktor yang terdapat dalam tubuh ikan : kerja hormon thyroid, steroid, thyroxine, kulit, ginjal dan insang. 2.       Faktor luar Faktor lingkungan y an g secara langsung/tdk mempengaruhi aktifitas ruaya: Suhu, intensitas cahaya, arus, perubahan kondisi perairan (pencemaran)                         Istilah-istilah dalam ruaya ikan